BLOGGER TEMPLATES Memes

Rabu, 14 Maret 2012

Cara Mengatasi Rem yang Harus Dikocok

Mengatasi Rem yang Harus Dikocok Sungguh tak nyaman bila hendak menghentikan laju mobil harus dengan menginjak pedal rem berulang-ulang. Lebih dari sekadar masalah kenyamanan,
rem yang harus dikocok tentu sangat membahayakan keselamatan pengendara dan pengguna jalan. Mestinya, sekali ditekan, rem menggigit dan laju kendaraan dapat terkontrol Biasanya kasus rem kocok diawali dengan rem yang tidak menggigit meskipun pedal sudah diinjak dalam-dalam. Apabila keadaan ini dibiarkan tanpa perbaikan, lama kelamaan rem serasa hilang sehingga injakan harus semakin dalam lagi dan perlu dikocok-kocok.

Sebetulnya, rem yang harus dikocok ini timbul karena adanya udara palsu dalam sistem rem. Udara inilah yang membuat tekanan dari pedal rem tidak bisa langsung diteruskan ke masing-masing silinder roda. Dengan menekan dan melepas berulang-ulang, udara di dalam sistem rem akan terkompresi. Barulah kemudian tekanan pedal rem bisa sampai ke silinder roda. Ruang-ruang pada sistem rem seharusnya memang tidak berisi udara, melainkan minyak rem. Nah, mengapa udara bisa berada di sana? Timbulnya udara palsu dalam sistem rem disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu:
Panas pada minyak rem yang disebabkan oleh tekanan di pedal rem. Suhu yang naik ini akan mengurangi viskositas (kekentalan) minyak rem. Semakin rendah viskositas minyak rem, cenderung akan cepat panas/mendidih. Kalau sudah mendidih, akan muncul uap.
Salah satu unsur di dalam uap adalah udara. Udara ini kemudian terjebak di dalam ruangan sistem rem. Lama lama akan berkumpul dan semakin banyak seiring dengan usia pemakaian minyak rem. Kebocoran di sistem rem. Kebocoran bisa terjadi di master rem, pipa-pipa, atau di wheel cylinder.

Kebocoran ini bisa terjadi karena kerusakan pada komponen-komponen rem. Misalnya, seal master cylinder dan seal wheelcylinder. Habisnya minyak rem pada recervoir tank. Kalau habis, pada saat kita injak dan lepas pedal rem, maka media penghantar yang terhisap ke ruangan master rem adalah udara. Udara ini kemudian bisa menjalar ke seluruh ruangan pada sistem rem. Dari beberapa faktor di atas, Hal-hal yang perlu diperhatikan agar udara palsu tidak masuk ke sistem rem adalah: Periksa permukaan minyak rem di recervoir tank setiap hari.Lakukanlah penggantian minyak rem secara periodik, setiap 20.000 km. Saat mengganti minyak rem, gunakanlah minyak rem yang sejenis, atau yang direkomendasikan pabrikan. Bila lain jenis, dikhawatirkan terdapat perbedaan karakter yang dapat mempengaruhi daya tahan komponen sistem rem, terutama seal-seal, baik di master maupun wheel cylinder.

Stel dan bersihkan rem secara berkala, setiap 10.000 km. Bila Rem Berdenyit Menjelang musim kemarau, maka hujan pun turun tak menentu. Hasilnya mobil dapat dalam sekejab kuyup dan selekas itu pula kering. Dan rem pun kadang berdenyit kala diaktifkan pada dua kondisi tersebut. Kebanyakan konsumen sangat merisaukan munculnya bunyi tersebut. Namun sebetulnya tak semua bunyi itu berarti telah terjadi kerusakan rem mobil bersangkutan. Bunyi rem bisa muncul karena jenis kanvasnya.
 Betapapun demikian terdapat bunyi yang menandakan rem mobil bersangkutan perlu mendapat perawatan atau bahkan penggantian. Berikut sejumlah penyebab bunyi rem yang dapat digunakan sebagai patokan. Juga perlunya diketahui untung ruginya bila Anda menggunakan produk asli atau tiruan yang memang umumnya dijual dengan harga lebih murah. Bunyi yang terbilang normal, dinyatakan berdenyit normal bila bunyi hanya muncul kala rem diinjak secara perlahan. Namun justru tak mengeluarkan bunyi apapun bila rem ditekan mendadak.
 Bunyi yang terbilang normal ini muncul, umumnya karena pad rem yang kini banyak diperdagangkan adalah jenis semi-metalic. Dan biasanya ini digunakan untuk mobil berpenggerak roda depan (front wheel drive) dan minivan. Bunyi yang mencurigakan, berdenyitnya bunyi rem yang terjadi pada setiap kali komponen ini diaktifkan. Umumnya bunyi tersebut disertai getaran pada pedal bila pengemudi menginjak rem. Bila ini yang terjadi disarankan segera membawanya ke bengkel.

Kerusakan yang menimbulkan gejala seperti ini bisa terjadi pada bagian kanvas, rotor maupun kaliper. Biasanya penggantian komponen harus disertai servis rem pada bagian lainnya. Ganti dengan komponen original. Disarankan untuk mengganti kanvas dan pad rem asli untuk mobil Anda. Kanvas rem dan break pad yang berkualitas unggul justru bukan berbahan amat keras. Namun juga tak terlalu lunak. Komponen ini sangaja dibuat agak lunak supaya proses pengereman berjalan maksimal dengan kanvas atau pad yang dirancang lebih cepat habis.
Pada produk yang berkualitas kurang baik, terdiri dari bahan yang amat keras, sehingga akan menjadikan tromol (drum) atau piringan (dish) rem mudah tergores. Kerusakan demikian akan membuat kerja rangkaian rem tak maksimal. Hindari mereparasi tromol dan piringan. Kebanyakan bengkel menyarankan untuk kembali membubut (meratakan) tromol atau piringan rem mobil jika terjadi cekungan atau goresan. Secara teori ini bisa saja berjalan seakan normal.

Apalagi bila pembubutan hanya merupakan upaya sedikit meratakan cekungan atau goresan pada komponen ini. Namun sebetulnya kegiatan ini menjadikan tromol maupun piringan rem mudah rapuh usai menjalani pembubutan itu. Sebab proses perataan tersebut memerlukan pula pemanasan tinggi yang berakibat komponen justru menjadi rapuh. Hasil pembubutan atau perataan permukaan yang terlalu banyak memakan ‘daging’ komponen tersebut bisa pula membuat tromol atau piringan pecah saat diaktifkan pada kesempatan berikutnya. Kegiatan ini hanya direkomendasikan untuk keadaan darurat. Segera gantikan tromol atau piringan rem dengan produk baru pada kesempatan selanjutnya.
 Baru Ganti Kampas Rem, Malah Gak Pakem? Beberapa rekan mengalami hal yang sama, baru saja mengganti keempat kampas rem mobil (depan belakang & kiri kanan) tetapi setelah itu merasakan bahwa kemampuan rem kendaraannya jadi tidak pakem. Tidak kita sadari bahwa permukaan disc/drum pada sistem rem kita jika diperbesar tidaklah rata. Sementara permukaan brake Pad yang baru adalah rata. Hal ini mengakibatkan bidang yang bersentuhan untuk menimbulkan friksi menjadi kecil, sehingga kemampuan pengereman menjadi berkurang. Untuk itu, seperti pada buku panduan yang disertakan ketika kita baru membeli mobil, bahwa sistem rem perlu proses ‘Running In’ sejauh kurang lebih 300 kilometer perjalanan agar permukaan disc dan permukaan brake pad menjadi “sambung-manis”.

 Pada saat masa ‘Running In’ tidak diperkenankan untuk melakukan pengereman yang mendadak, karena akan merusak proses Running In itu sendiri karena dipaksakan. Jadi kalau mengganti kampas rem sebaiknya tidak bersamaan keempat-empatnya…
tetapi misalnya saat ini mengganti rem roda depan (kiri-kanan), kemudian setelah berjalan 300km dilanjut dengan rem roda belakang (kiri-kanan).
 Bergetar Saat Nge-rem Meski Sudah di-Balancing Penyebab Getaran Steering Wheel Balancing dan spooring tentu populer di kalangan pengendara dan pecinta otomotif. Efek tindakan ini memang dapat meningkatkan kenyamanan berkendara karena mampu meredam getaran yang dihasilkan akibat putaran roda. Tapi, mengapa setelah dilakukan balancing dan spooring getaran tetap terasa? Terutama saat roda di-rem. Bergetarnya steering wheel dalam kasus seperti di atas kemungkinan besar justru terjadi karena sistem rem. Bukan tidak berfungsinya balancing. Masalah sistem rem diantaranya, piringan (tromol) rem yang tidak rata.
Yang paling sering adalah piringan rem ban depan (kanan-kiri). Untuk mengatasinya, akan lebih baik jika piringan rem tersebut diganti dengan yang baru. Memang, ada sebagian orang yang berusaha mengatasinya dengan membubut komponen tersebut. Efek balancing dan spooring memang untuk menghilangkan getaran yang timbul pada saat kendaraan melaju. Semakin tinggi kecepatan, getaran yang diproduksi akan semakin kuat. Namun, sumber getaran bisa juga berasal dari sistem rem. Selain kondisi piringan rem, bearing (laher) roda depan yang mengalami keausan juga bisa menyebabkan getaran di steer.
Tetapi getaran ini tidak hanya muncul pada saat di rem saja. Getaran terasa pada saat kecepatan tinggi dan permukaan jalan yang tidak rata. Untuk mengatasi masalah seperti ini,
solusinya adalah dengan mengganti komponen tersebut. Disarankan, balancing dan spooring dilakukan setiap 10.000 km. Untuk sistem rem sendiri, lakukan pemeriksaan setiap 10.000 km juga. Dan apabila terjadi penggantian kanvas rem,
gunakanlah kanvas rem yang orisinil. Sementara laher, lakukan penggantian grease (gemuk) setiap 20.000 km. Menghentikan Kendaraan Saat Rem Tak Berfungsi Ketika menyadari kendaraan mengalami kerusakan fungsi rem, biasanya pengendara sangat terkejut dan panik.
Apalagi jika pada saat itu kendaraan sedang melaju di jalan raya. Kepanikan inilah yang umumnya membuat pengendalian laju kendaraan menjadi tidak terkontrol dan sangat potensial menimbulkan kecelakaan lalulintas.
 Ada dua kemungkinan kerusakan fungsi rem yang umumnya baru kita ketahui saat kendaraan sedang melaju: rem blong dan rem macet.
Keduanya sama-sama berbahaya. Bahkan rem yang macet (menjepit terus) dapat mempengaruhi arah steer (kemudi). Rem yang macet dapat mengakibatkan kemudi tertarik ke kiri atau ke kanan karena roda terkunci. Bila mendapati kerusakan rem dalam kondisi kendaraan sedang melaju, yang pertama harus dilakukan adalah menghentikan laju kendaraan.

Masalahnya, adakah cara lain yang dapat kita gunakan untuk menghentikan kendaraan tanpa menginjak pedal rem?
Jawabannya ada.
Untuk kondisi seperti ini kita dapat menghentikan laju kendaraan dengan menggunakan rem tangan. Tentu saja rem tangan ini baru dapat kita operasikan saat kecepatan kendaraan sudah sangat rendah (di bawah 10 km/jam). Untuk ini, ada beberapa step yang harus kita lakukan sebelum mengoperasikan rem tangan. Turunkan kecepatan kendaraan dengan memindahkan gigi perseneling yang lebih rendah secara bertahap (5-4,4-3,3-2,2-1). Apabila pada bahu jalan terdapat rumput, gunakan bahu jalan yang berumput tersebut untuk semakin memperlambat laju kendaraan. Setelah kecepatan kendaraan sudah relatif pelan, maka lakukan pengoperasian rem tangan untuk menghentikan laju kendaraan. Setelah kendaraan berhenti total, segera lakukan pemeriksaan komponen rem. Bila ada kerusakan, segeralah lakukan perbaikan.
Menghentikan kendaraan tanpa fungsi rem seperti di atas ini relatif lebih aman ketimbang panik yang berpotensi kendaraan melaju tanpa kontrol.

0 komentar: